Kamis , 20 Januari 2011

Darwis Triadi: Fotografi Ibarat Kehidupan


Dunia fotografi tak bisa lepas dari peran seorang Darwis Triadi. Berkat perannya tersebut, fotografer kini menjadi profesi yang layak diperhitungkan, sama seperti profesi lainnya.

Padahal, tiga puluh tahun silam tepatnya di tahun 1980, ketika pertama kali banting setir dari seorang pilot dan beralih menjadi fotografer, pilihan itu merupakan profesi yang sama sekali tidak dilirik. Namun kini, pria bernama lengkap Andreas Darwis Triadi ini, akhirnya tersenyum puas karena obsesinya untuk memajukan dunia fotografi terwujud sudah. 

Totalitas dan Komitmen 

Jika ditanya apa yang telah dilakukannya selama ini untuk membuat mimpi itu menjadi nyata, ia menjawab dengan lugas, Saya hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Apa yang saya jalankan ini adalah sebuah komitmen, jadi saya harus betul-betul serius dan total dalam menjalankannya.

Ya, dunia fotografi memang mampu membuatnya jatuh cinta. Salah satu alasan mengapa ia menggandrungi dunia ini, karena menurutnya fotografi itu ibarat sebuah kehidupan yang membutuhkan cahaya, Fotografi itu cahaya, sama seperti kehidupan. Kalau fotografi mau hidup maka kita harus bisa melihat dan merasakan cahaya itu, ujarnya filosofis.

Pria kelahiran Solo, 15 Oktober 1954 ini, sejatinya tidak pernah mengenyam pendidikan khusus fotografi, semua ia pelajari secara otodidak. Apalagi ketika itu, memang masih jarang atau bahkan belum ada sekolah yang mempelajari ilmu ini secara khusus. Alhasil, ia pun rajin mengikuti seminar dan workshop fotografi di belahan dunia. 

Atas dasar itulah, ayah dua anak ini, kemudian terpikirkan untuk membagi ilmunya dengan membuka kursus fotografi, Darwis School yang telah beroperasi sejak 8 tahun silam. Darwis pun terjun langsung mengajar, meski ia mempunyai 18 pengajar lainnya. Ia memang ingin agar bisa terus membagi ilmunya dengan mengajar. Untuk itu, lagi-lagi ia berkomitmen bahwa pengembangan sekolahnya itu tidak akan lebih dari 4 cabang. Hal ini bertujuan agar ia bisa membagi waktunya untuk mengajar di semua sekolah miliknya itu.    

Seni Mengendarai

Pekerjaannya yang seringkali mobile, membuat Darwis memilih mobil untuk menunjang pekerjaannya ke sana kemari. Tak hanya seputar Jakarta, mengendarai kendaraan bolak-balik Jakarta-Bandung pun kerap dilakukannya sendiri, tanpa bantuan supir. Ia mengakui bahwa ia memang senang mengendarai. Baginya mengendarai kendaraan itu adalah sebuah seni, Saya suka nyetir sendiri sambil denger musik dan berimajinasi, dan menariknya mengendarai itu adalah seni dari sebuah perjalanan, dan saya sangat menikmati itu, ujarnya ramah.

Sebelum melakukan perjalanan, biasanya ia selalu memastikan keamanan lampu mobil, ban, rem, mesin dan tak ketinggalan kebersihan mobil. Karena sejatinya Darwis sangat menyukai kebersihan di dalam mobilnya. Untuk pelumas kendaraan, Darwis mempercayakan sepenuhnya kepada TOP 1, Saya pakai TOP 1 sejak dulu dan sejauh ini tidak ada masalah, ujarnya menutup pembicaraan.