Rabu , 1 April 2015

Dadan Ramadhani: Belajar dari Konsumen


Keputusan General Motors Indonesia untuk menutup fasilitas perakitannya di Pondok Ungu, Bekasi, dan beralih menjadi national sales and distribution company, sempat membuat khawatir para pemilik Chevrolet Spin di Indonesia.

Mereka khawatir akan kesediaan suku cadang dan pelayanan purna jual yang tidak lagi optimal mengingat Spin di seluruh dunia hanya diproduksi di dua negara yaitu, Indonesia dan Brasil.

Customer Care Director General Motors Indonesia, Dadan Ramadhani, mengakui bahwa dirinya menerima banyak telepon dari para konsumen Chevy soal keputusan ini. Namun bagi pria lulusan Universitas Brawijaya, Malang, ini tidak ada tantangan yang tak bisa dihadapi.

Kurang lebih sepuluh tahun hingga tahun 2013, GM sudah pernah tidak memproduksi mobil di Indonesia, namun tidak ada masalah, kilah Dadan. Saat ini pun, masih banyak agen pemegang merek (APM) di Indonesia yang tidak memiliki fasilitas produksi namun tetap eksis hingga kini.

Dadan menambahkan bahwa GM Indonesia juga sudah memiliki kontrak dengan para vendor untuk menyediakan suku cadang bagi Spin hingga 10 tahun mendatang. Jadi seharusnya suku cadang Spin akan tersedia hingga tahun 2025, dan bukan tidak mungkin nantinya ada negara lain di Asia yang akan memproduksi dan menyuplay Chevy Spin untuk Indonesia, lanjutnya.

Dadan bergabung ke General Motors Indonesia pada tahun 2011. Kini ia menjabat sebagai Customer Care Director. Di bawah kepemimpinannya, General Motors Indonesia menjadi salah satu brand otomotif di Indonesia yang peningkatan pelayanan purna jualnya paling signifikan dalam beberapa tahun terakhir dibanding brand lainnya.

Lebih dari 44 jaringan dealer 3S (showroom, sparepart dan service) telah menampung dan melayani 60 ribu pelanggannya di seluruh Indonesia. Pria yang memulai kariernya bekerja sebagai service advisor di bengkel Toyota tahun 1997 itu bahkan menyebut tahun 2015 ini GM Indonesia akan melayani lebih dari 150 ribu pengguna Chevy. Pertumbuhan populasi tersebut tentunya akan berimbas secara positif terhadap peningkatan penjualan suku cadang dan pendapatan dari jasa service kendaraan. Pertumbuhan ini tentu saja harus didukung peningkatan layanan purna jual.

Keluhan konsumen adalah informasi yang sangat berharga, ujarnya. Bagi Dadan, informasi yang disampaikan konsumen akan menjadi input untuk peningkatan kualitas produk, maupun layanan ke depannya. Ia justru lebih khawatir apabila ada konsumen yang tidak puas dengan kendaraannya tetapi tidak melaporkannya ke bengkel.

Sudah hampir dua puluh tahun Dadan Ramadhani menghadapi beragam keluhan konsumen. Saya suka bidang ini karena saya bisa melihat langsung respons konsumen dari layanan mereka terima, ujarnya.

Semangat positif yang sama inilah yang membawa Dadan Ramadhani ditunjuk sebagai bagian dari tim inisiasi berdirinya Lexus operation di Indonesia pada tahun 2005.

Setelah Lexus resmi diluncurkan di Indonesia tahun 2007, Dadan dipercaya untuk menjabat sebagai national service & logistic manager. Dadan Ramadhani pindah ke General Motors Indonesia tahun 2011. Datang dari brand yang sudah terbiasa menjadi market leader, ke brand yang masih terus berkembang, menjadi sebuah tantangan yang kalau kata beliau, Tak ada tantangan yang tak bisa dihadapi.