Kamis , 13 Mei 2010

Bebin Djuana: APV Siap Melayani 82 Negara


Nama Bebin Djuana memang cukup populer di Industri otomotif tanah air. Pria tinggi besar kelahiran 12 April 1958 ini memang kerap disebut namanya di sejumlah media massa. Ya, beliau adalah salah satu petinggi di PT. Suzuki Indomobil Motor yang dikenal lincah dan selalu menelurkan banyak inovasi pada pengembangan produk Suzuki.

Anda kini telah memangku jabatan baru, bisa Anda dijelaskan apa saja tanggung jawab Anda saat ini? 

Setelah lama bertanggung jawab pada divisi Brand II, per 1 Januari lalu saya diberi mandat untuk memegang divisi Overseas Sales & Marketing. Tanggung jawa saya tak lain untuk mengawal eksport Suzuki APV model pickup dan delivery van rakitan Tambun, Bekasi ke 82 negara pemesan. Antara lain 20 negara di Afrika, Timur Tengah, lalu Asia yang diwakili oleh Thailand, Taiwan dan Vietnam, kemudian Australia, Selandia Baru. Negara-negara di kepulauan pasifik hingga Amerika Latin seperti Chile, Peru dan Panama.

Bangga mendengarnya kala produk lokal dapat menembus pasar dunia. Lalu mengapa Eropa dan AS belum disentuh?

Untuk Eropa Barat, ada standar yang kita belum bisa tembus. Misalnya penerapan emisi yang kini mereka telah capai hingga Euro5. Sementara produk kami baru masuk Euro4. Nah, untuk Amerika, kami pernah menjajaki Meksiko, namun Negara ini menerapkan sebuah regulasi yang mirip dengan AS yang terkenal njlimet. Selain itu tentu saja ongkos pengapalan serta pajak masuk yang sangat tinggi, terang lulusan Teknik Mesin Trisakti dan Magister Bisnis di IEU ini .

Suzuki sepertinya sudah mengalir di darah Anda. Lalu apa Andil terbesar dan paling berkesan pada Brand ini? 

Saya sudah 20 tahun berkarir di Suzuki. Bila ditanya apa sumbangsih saya? Jawabnya mungkin kala Suzuki Vitara masuk ke Indonesia tahun 1992, saat itu produk jenis SUV ini berpenggerak 4x4. Anda pasti sudah tahu bila pajak kendaraan penggerak empat roda ini sangat tinggi pajaknya, alhasil harga jualnya tentu saja melambung. Di lain pihak, pimpinan kami menantang tim saya untuk meningkatkan volume penjualan Vitara. 

Lalu apa yang Anda lakukan saat itu?

Melihat banderolnya yang sudah selangit, saya sedikit ragu bila mempertahankan unit asli dari Jepang yang berpenggerak 4x4 dengan tampilan velg besi yang sederhana. Terbersit di benak untuk menanggalkan perangkat gerak 4x4 nya. Akhirnya kami ubah Vitara ini menjadi 4x2. Dengan waktu riset yang serba cepat serta proses modifikasi yang dilakukan kru kami di Pulo Gadung, akhirnya kami sukses melahirkan Escudo. Harganya lebih murah, dan tentu saja volume penjualan semakin meningkat. Dan patut diingat, ini bukan produk yang lahir dari keputusan Suzuki pusat di Jepang.

Apa yang membuat Anda loyal terhadap Suzuki?

Pada dasarnya saya sudah sejak lama hobi otomotif, dan kebetulan saat saya berkesempatan kerja di Suzuki, saya menemukan banyak pimpinan yang sangat open minded dan serba memberikan keleluasaan pada para karyawan untuk berkreasi. Karena itulah, Suzuki Indonesia sempat menjadi brand yang bergerak seperti ular dan susah ditebak oleh para pesaingnya.

Apakah Anda memiliki pesan khusus untuk pembaca Berita Bengkel?

Bekerjalah sepenuh hati dan jadilah yang terbaik di setiap pekerjaan yang Anda Geluti.