Kamis , 1 Januari 2015

Muhammad Abidin: Memanaskan Minyak yang Beku


Profesi mekanik adalah profesi yang membanggakan bagi seorang Muhammad Abidin. Peserta Yamaha Engineering School tahun 1991 ini telah membuktikannya sendiri. Pria yang pernah bercita-cita menjadi seorang pilot ini memulai kariernya di departemen teknis Yamaha, dan kini ia telah dipercaya oleh PT Yamaha Indonesia Motor untuk menjabat sebagai General Manager Service dan Motorsports.

Pada tahun 1998, krisis moneter melanda Indonesia. Ketika itu Yamaha terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran terhadap 70% dari total karyawannya. Namun hal ini justru menjadi titik tolak kebangkitan Yamaha hingga kini.

Paska krisis moneter berangsur-angsur pulih di tahun 2000, Yamaha justru bisa memulai kembali cetak biru perjalanan kesuksesannya dari kertas kosong. Kami mulai lebih selektif dalam merekrut karyawan, kami juga mulai membangun struktur organisasi yang baru, jelas Abidin. Organisasi yang lebih segar dan lebih solid ini sukses menelurkan sepeda motor bertransmisi otomatis pertama Indonesia di era modern, yaitu Yamaha Nouvo di tahun 2002. Yamaha meneruskan kesuksesan Nouvo ini dengan menghadirkan Yamaha Mio ke Indonesia.

Selain produk yang berkualitas, Yamaha juga meningkatkan kualitas pelayanan dan aftersales mereka. Disinilah peran tangan dingin seorang Muhammad Abidin ketika itu. Ia dianugerahi tanggung jawab untuk membenahi kualitas pelayanan dan purna jual Yamaha di seluruh Indonesia sejak tahun 2012.

Meskipun berangkat dari latar belakang seorang mekanik, Abidin sanggup menciptakan sebuah sistem organisasi yang membuat semua karyawannya memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja. Ia menjanjikan setiap karyawannya sebuah jenjang karier. Bahkan ia sanggup meyakinkan para mekaniknya bahwa profesi seorang teknisi itu adalah profesi yang membanggakan.

Salah satu taktik jitunya dalam menghadapi konflik dalam organisasi adalah dengan menjalankan filosofi manajemen memanaskan minyak yang beku. Langkah-langkahnya adalah, menetapkan target yang harus dicapai, membuat laporan harian atau bulanan, mengevaluasi kinerja karyawan menurut Key Performance Indicator (KPI), dan mengedukasi karyawan bagaimana menyelesaikan masalah, ujar Abidin.

Ia juga mengevaluasi setiap permasalahan yang dihadapi oleh organisasi dengan memperhatikan lima faktor utama 4M 1E yaitu, manusia, metode, material, mesin, dan environment. Selanjutnya ia membuat langkah-langkah yang akan menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi lewat strategi STAR yaitu, situation, time, actual, dan reaction.

Walaupun cara ini membuat tekanan dalam organisasi meningkat, namun baginya cara ini lebih baik daripada menjalankan filosofi manajemen pecah batu atau membongkar organisasi. Tetapi baginya, orang-orang yang menempati suatu jabatan tertentu harus memiliki hasrat terhadap pekerjaan yang akan ia hadapi setiap hari. Baginya, karyawan yang baik adalah karyawan yang menyukai tantangan.

Selama berkarier di Yamaha, Abidin jugalah yang merancang desain baku instalasi workshop bengkel resmi Yamaha di seluruh Indonesia. Ia dan timnya membuat ruang bengkel resmi Yamaha memiliki standar keselamatan dan pelayanan yang efisien.

Abidin juga telah mengadakan sejumlah aktifitas tanggung jawab sosial dengan mendekati sejumlah STM di seluruh Indonesia. Tak hanya sekedar berbagi unit kendaraan sebagai alat peraga, tapi Yamaha juga menyediakan kurikulum pembelajaran teknis mengenai perbaikan produk-produk Yamaha Indonesia.

Abidin mengatakan, Cara ini berhasil memperbaiki kualitas lulusan sekolah tersebut, bahkan banyak siswanya yang setelah lulus langsung direkrut sebagai mekanik oleh bengkel-bengkel motor di sekitar sekolahnya. Biasanya sekolah-sekolah langsung menjadi sekolah favourite di daerahnya karena lulusannya yang mudah mendapatkan pekerjaan, lanjut Abidin.

Menurut Abidin, berbagi ilmu adalah salah satu caranya menebar kebaikan. Ia terinspirasi dari pesan almarhumah ibunda yang berujar, Menabunglah kebaikan karena kebaikan itulah yang akan menolong kamu.