Minggu , 15 Agustus 2010

Agustus Sani Nugroho: Bisnis Sama Dengan Hobi


Mengelola bisnis di pasar yang sangat segmented membutuhkan passion yang lebih, seperti halnya Agustus Sani Nugroho. Sejatinya pekerjaan utama pria kelahiran 13 Agustus 1964 ini adalah lawyer untuk sejumlah corporate. Namun faktor kenangan masa muda dimana ia sangat menggandrungi sepeda motor, membuatnya tergerak untuk menjalani bisnis yang sejalan dengan hobinya.

Ya, sejak awal tahun 2006 Nugroho dan partnernya mendapatkan izin- dealership Ducati dari principal mereka di Italia. Hingga mereka membuka showroom di kawasan SCBD, Sudirman, Jakarta.  Lalu bagaimana mereka yakin dapat meniagakan motor besar yang jelas-jelas berbanderol lebih mahal jika dibandingkan dengan motor besar buatan Jepang sekalipun? Secara harga, banderol kami bila dipasang lebih mahal sekitar 40% hingga 50% dari tipe sejenis yang ada di produk Jepang, konsumen masih tak keberatan. Sebab karakter pembelinya yang sangat segmented ini memiliki pola pikir tak ingin tanggung-tanggung bila ingin mendapatkan gengsi, aktualisasi diri, image dan pendukung lifestyle mereka. Karenanya, secara volume penjualan kita belum bisa heboh, ujar ayah dari tiga putra ini.

Profil pemilik Ducati dilihat dari level ekonomi memang sangat mapan, dan mereka adalah golongan eksekutif menengah sampai atas dengan rentang usia 30 sampai 45 tahun yang masih gemar ngebut, ujar alumni Hukum Universitas Padjajaran, Bandung ini.

Bila dilihat, harga termurah 245 juta rupiah hingga nyaris 500 juta rupiah di kelas teratasnya, memang membuat brand ini hanya bisa di-pinang oleh orang-orang yang berlevel tanggung. Tak heran bila awalnya Nugroho memang jujur mengalami kesulitan da-lam menjajakan produk ini. Tahap awal yang kita bangun adalah market confidence, sebab Ducati pernah dikelola oleh perusahaan besar sebelum kami dan mereka ambruk setelah empat tahun. Akhirnya kami harus menata ulang image dan keyakinan para calon konsumen. Setelah itu, harga yang kami tawarkan memang sempat dianggap tak reasonable bagi seba-gian besar orang. Namun seiring ber-jalannya waktu, pertengahan ta-hun 2010 ini akhirnya kami bisa meng-adjust harga hingga jauh lebih terjangkau ketimbang sebelumnya, beber penunggang Honda C70 dan Honda GL Max dimasa sekolahnya dulu.

Nugroho yang besar di Pekanbaru, Riau ini memang akrab sekali dengan roda dua. Terbukti dengan kegemarannya mengikuti kejuaraan grass track serta pernah mengikuti reli sepeda motor dengan rute Pekanbaru Dumai Pekanbaru yang berjarak total 600 km. Kepiawaian itulah yang hingga saat ini masih terbina, hingga ia tetap nampak prima mengikuti sejumlah turing yang diadakan oleh DDOCI (Ducati Desmo Owners Club of Indonesia). Saya pernah mengikuti tour lintas Sumatera hingga ke Aceh, Jakarta- Bali, begitupun dengan kejuaraan nasional Superbike di Sentul, saya masih berpartisipasi tuturnya.