Kamis , 1 Januari 2015

Barry Likumahuwa: Gemar Naik Vespa


Anak muda kelahiran Jakarta, 14 Juni 1983 ini sering terlihat malang melintang di dunia jazz tanah air. Festival-festival besar seperti Java Jazz, JakJazz selalu menjadi panggung langganannya dan kini sudah empat album musik ia hasilkan.

Tahun ini saja, ada dua album yang diluncurkan oleh pria tampan ini. Pertama berjudul Innerlight yang digarapnya dengan BLP, rilis Februari lalu. Album tersebut bahkan sempat masuk peringkat 10 besar di Top Album iTunes Stores Indonesia. Lalu tidak sampai delapan bulan, rilis lagi album pribadinya berjudul Feel Good Collective. Karya tersebut merupakan hasil kolaborasi dirinya dengan rekan-rekan musisi jazz lain seperti Indra Aziz, Ivan Saba, dan juga Albert Fakdawer.

Tak ada habisnya memang kalau membicarakan prestasi Barry di blantika musik tanah air, namun disela-sela kesibukannya di dunia musik, pemilik nama asli Elseos Jeberani Emanuel Likumahuwa ini ternyata senang menunggang skuter Vespa. Motor asal Italia tersebut dikaguminya sejak masih belia. Bodinya, lampu-lampunya, bunyinya, semua dia suka. Berikut kita coba kulik melalui wawancara, sejauh mana ketertarikannya pada vespa.

Dari kapan suka Vespa?

Waktu duduk di bangku SMP saya pernah mencoba vespa teman dan langsung jatuh cinta. Cuma kondisinya vespa itu sudah cukup berusia, dan kalau yang original ngurusnya susah. Makannya saya lebih memilih Vespa yang modern saja karena tidak terlalu susah mengurusnya. Vespa modern sudah lebih nyaman, transmisinya matic, desainnya juga lebih ramping, jadi bisa untuk dipakai sehari-hari.

Apa yang disukai dari Vespa?

Modelnya unik dan klasik, intinya saya suka segala sesuatu yang berbau klasik. Mungkin karena musik saya kebetulan juga beraliran Jazz, jadi suka dengan yang bergaya 60-an dan 70-an. Dan itu sangat identik dengan Vespa.

Sering naik vespa?

Kalau pergi tidak membawa alat musik, pasti saya pake vespa. Kebetulan hampir setiap hari kegiatan saya berhubungan dengan musik, jadi biasanya saya bawa laptop, bass, amplifier, dan lainn-lain. Jadi rasanya tidak mungkin pakai vespa. Tapi kalau cuma membawa bass saja, saya kadang-kadang naik vespa. Bassnya saya letakkan di depan.

Ikut komunitas Vespa?

Sampai sekarang belum kesampaian ikut komunitas Vespa. Sudah sempat dihubungi sama orang komunitas, seperti Moveina, Piagio Lovers, sampai Campur Sari Vespa, hanya saja belum pernah ikut berkumpul bersama mereka. Karena mereka biasanya sering bertemu di akhir pekan seperti hari Jumat, atau Sabtu, sedangkan saya justru lagi banyak kegiatan di akhir pekan.

Waktu servis ke bengkel sama siapa?

Kalau cuma servis berkala ke bengkel, saya sendiri. Kebetulan bengkel resmi vespa ada di deket rumah, dan sebelahnya ada tempat servis bass juga, jadi sekalian.

Ada kejadian menarik dengan Vespa?

Uniknya naik vespa itu, sesama pengguna vespa jika bertemu di jalan kami saling membunyikan klakson. Kejadian lucunya, sewaktu saya membunyikan klakson, tidak tahunya yang membalas sapaan saya itu vespanya sudah dimodifikasi. Suara klaksonnya gede banget, jadi saya kaget.

Sedang ada proyek kerjasama dengan TOP 1?

Saya mengerjakan jingle TOP 1 sesuai dengan gaya bermusik saya. Sejauh ini sangat menyenangkan. Jingle barunya sesuai dengan gaya bermusik saya. Saya buat dua versi, satu lebih bersemangat untuk pendengar anak muda dan satu lagi lebih klasik, mungkin untuk penggemar yang lebih dewasa. Penyuka vespa juga pasti suka musiknya, banyak elemen terompet dan alat tiupnya.

Kolaborasi dengan siapa saja untuk jingle TOP 1?

Untuk proyek jingle TOP 1, Saya berkolaborasi dengan salah satu musisi Jazz Indonesia yang bernama Albert Fakdawer. Albert pernah main film berjudul Denias. Ia juga pernah juara 2 AFI Junior (ajang pencarian bakat televisi) tahun 2005. Menurut saya vokalnya cocok.